PENGLIPURAN-BANGLI

PENGLIPURAN-BANGLI
DESA BALI AGA

Sabtu, 26 November 2011

Tangisan di Balik Punggung Itu

Inginku hapus air mata itu dan kuganti dengan senyuman manis di bibirmu. Sekalipun kuhanya dibalik punggungmu. Tangis itu, aq mendengarnya dengan hatiku. Getaran rindu itu seperti membutuhkan dermaga utk berlabuh...telingaku memang tak mendengarnya Teman(jika boleh kupanggil begitu)berbagilah mungkin dgnku dan aq akan setia mendengarkannya.


Banyak hal yang bisa aq bagi denganmu, cerita-cerita lucu, tingkah-tingkah comel serta kesan mendalam tentang pribadimu yang hangat. Membuat aku sadar, dunia baru tak selamanya menyeramkan. Menakutkan. Seperti yang sering aku bayangkan sebelum masuk ke dalamnya. Mengenalmu, dengan sejuta pesonamu, membuat aku terpana. Ada banyak yang tersembunyi di balik tawa ceriamu. Bisakah aku menyelaminya dan memberimu satu senyum termanis karena kamu telah mengenalku? Jika itu iya, bisakah aku memberimu senyum manis itu?


Ah, Fatamorgana kadang terasa. Karena aku hanya mampu memandangmu dari sisiku berdiri. Tak mampu aku melangkah menggapai pesonamu namun, aku pun tak mampu acuhkan pesonamu yang seakan memanggilku dalam sisi waktu yang terus saja berlalu tanpa pernah bisa berhenti sejenak agar aku bisa, setidaknya menyecap sedikit pesona itu dan pergi berlalu tanpa meninggalkan setitik pun jejak yang akan menyisakan kenangan.


Ya memang tak akan bisa, teman(jika boleh aku memanggilmu demikian), semua telah tegas tertulis teman(jika boleh memanggilmu demikian). Kamu hanya akan cukup aku kagumi denga sejuta pesonamu. Dan aku tak akan pernah bisa...sedetik pun berpaling ataupun mendekat pada pesonamu itu. Seperti matahari, kamu akan membakarku namun aku tak akan mampu bertahan tanpa matahari. Teman(jika boleh aku memanggilmu demikian)sungguh pun sulit, namun aku harus bisa dan perasaan itu lah yang begitu menyiksaku.


Mengenalmu, membuat aku percaya...kamu adalah tangis itu. kamu adalah rindu itu. Dan seperti bayi besar yang menangis, maka aku tawarkan hatiku untuk tempatmu berlabuh, menceritakan rindumu pada Ibu, yang begitu kamu sayangi. Menceritakan rasa banggamu untuk Bapak, yang begitu kamu kagumi. Dan rasa rindumu pada belahan jiwamu yang kamu tinggalkan di sana. Jangan kamu hapus air mata itu, biarkan. Bebaskan. Dan aku akan tetap menganggapmu lelaki hebat.


Trimakasih, kopi hangatmu, senyum manismu dan tawa ceriamu. Kunikmati tiap detik kebersamaan itu, karena pada akhir waktunya akan berakhir dan kamu akan jadi kenangan terindah dalam hidupku. Selamanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar