PENGLIPURAN-BANGLI

PENGLIPURAN-BANGLI
DESA BALI AGA

Kamis, 15 Maret 2012

Catatan Senja yang Kelabu.

Singaraja sedang diselimuti kabut, mendung bergelayut manja di ujung langit sore. Ada resah yang tiba-tiba menghampiri pada deruan. Yah, deruan hatiku pada senja yang hari ini absen hadir. Absen menyapaku datang ke pangkuan bunda. Bunda pun sepertinya hari ini sedikit bergelora. Terlalu banyak gelombang di otaknya, kata bunda padaku. Jadi hari ini bunda urung menemaniku menjemput bintang di barat daya.
Aku sendiri. Akhirnya. Hanya selembar print out berisi syair lagumu yang temaniku. Kembali pada kenangan. Kembali pada satu titik, di mana kamu, aku dan cinta ini harus memilih akhirnya. Sudah lama. Sangat lama. Bahkan terlalu lama untuk selalu bisa hadir di selaksa detak jiwaku. Kata temanku, seharusnya kenangan itu terkubur bersamanya. Toh, dia ingin kamu tetap melajutkan hidupmu kan? Tapi aku tak ingin. Bukan berarti aku harus melupakan jika dia ingin aku melanjutkan hidupku kan. Lalu, sampai kapan kamu akan hidup dalam bayang-bayang kelam itu?
Itu bukan bayang-bayang kelam! Jeritku waktu itu. Kenanganmu lah yang menguatkanku saat berpuluh-puluh lelaki mencampakkanku. Menyakitiku dengan sengaja. Membuat aku menangis tersedu pada bunda. Kenanganmu yang menguatkanku untuk tetap menatap hari esok bahwa harapan itu selalu ada dan kamulah yang meyakinkanku bahwa impian bukan sebuah impian belaka. Lalu apa aku harus lupa?
Aku masih mengingat saat suatu malam, aku pernah bermimpi tentangmu. Tepat dihari kamu pergi tiga tahun yang lalu. Kemudian sebuah lagu mengalun ditengah malam itu. Aku mencarinya. Temanku marah padaku, apa yang kamu harapkan dari mimpi bunga tidurmu itu? lalu sebuah lagu tiba-tiba saja mengalun dan kamu menganggap itu lagu darinya? atau kamu sudah gila? Ya aku gila! Kamu senang aku mengakuinya? Kamu puas jika aku sekarang gila karena kenangan itu? Aku sendiri tak mengerti kenapa aku begitu ingin men cari lagu itu. Aku mencarinya kesana-kemari. Mencari arti dari lagu itu. Mencoba mencari apa yang sesungguhnya ingin kamu sampaikan padaku malam itu. Yo Te Amo.
Kamu hadir di malam ulang tahunku dihari itu. Dengan sebuah donat yang berisi lilin kecil berwarna merah, dan berkata 'selamat ulang tahun'. Aku tertegun, sayang donat itu jatuh setelahnya. Dan kita tak bisa memotong kue ulang tahunku. Dan ternyata pula aku pun tak bisa merayakan ulang tahunmu keesokan harinya. Karena kamu tak pernah hadir di malam ulang tahunku. Karena siang itu sebuah kecelakaan merenggutmu dariku. Selamanya. Yo Te Amo.
Kini, aku menemukannya. Menemukanmu dalam rangkaian syair Chayanne. Dia di sampingku sekarang. Menemaniku menikmati lantunan syahdu bunda di sana. Dan kamu ada di Surga memperhatikan aku yang kini mengerti semua.
Dia bilang : Para tu tranquilidad me tienes en tus manos, Para mi debilidad la unica eres tu, Al final tan solose que siempre te he esperado, Y que ilegas a mi vida, Y tu me das la luz del bien, Ese mundo donde tus palabras hacen su voluntad, La magia de este sentimiento que es tan fuerte y total, Y tus ojos que son mi paz.
Singaraja diguyur hujan lebat. Aku sendirian terkepung beku. Chayanne diambil paksa oleh bunda. Jangan lagi kamu membaca syair ini. Biar bersama bunda dan gelombang-gelombang ini. Ah, bunda. Serupa badai disamudranya sendiri. Tempatku duduk dan berbagi kisah dalam hati.
Kini, aku akan pergi mencoba menegarkan hati. Seperti pesanmu lewat Chayanne. Goodbye, because i won't see you again, And thank you, for the love and for the past, What a shame that everything had to end, Because I Love You..., But destiny has sent us, On two different roads.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar