PENGLIPURAN-BANGLI

PENGLIPURAN-BANGLI
DESA BALI AGA

Sabtu, 17 September 2011

TENTANG RASA

Kuputuskan untuk meninggalkan kenangan tentangmu disini. Di sudut hatiku yang gelap, agar tak seorangpun tahu juga kamu betapa pernah aku memiliki rasa ini kepadamu sepenuh hatiku. Aku tak ingin lagi kenangan itu membuatku selalu berharap banyak tentang cinta dan memiliki kamu seumur hidupku. Kamu mungkin bukan 'seseorang yang aku tunggu itu-bukan seseorang yang Allah kirim untuk menjadi bagian dari sisi yang menciptakan ku dari tulang rusuk 'nya'-. Kamu tahu, aku berharap banyak padamu. Menjadikanmu sahabat dalam duniaku. Berbagi banyak hal meski hanya dengan bayang-banyangmu saja. Aku ingin kamu nyata. Kamu ada. Kamu tahu ada aku di sampingmu. Tapi hingga waktunya tiba kamu tak pernah untukku. Kini, kamu telah milik orang lain, bahkan kamu telah memiliki belahan jiwamu -buah cintamu- sepasang mahluk imut yang lucu. Aku berbahagia untukmu. Ingin aku katakan padamu -selamat ya atas kelahiran si mungil- tapi rasanya suaraku tertahan di tenggorokan. Hanya melihatmu saja, aku tersenyum. Walaupun hanya sebuah bayang-bayang saja yang aku tangkap dari kejauhan. Jarak kita memang sudah sangat jauh sejak awal, namun entah kenapa aku selalu bisa memikirkanmu dan selalu bisa membuatku tersenyum bahagia. Kamu tahu, kamu adalah air penawar dahagaku saat aku merasa kehausan. Walaupun fatamorgana, namun hatiku selalu hangat jika kau ada disekitarku. Itu kekuatan 'rasa' yang tak pernah aku sangka mampu membuatku tetap bertahan dan terus melangkah meskipun tak ada kamu menggenggam erat tanganku dan berkata -jangan takut ada aku selalu disini- Kamu tahu, aku tak pernah berani mengatakan jika apa yang aku rasa ini cinta, walau terkadang dengan congkak hatiku terkadang berkata ini juga cinta. Walaupun ini hanya cinta plantonis belaka. Namun, aku sadar betapapun aku mencoba dan berusaha mencengahnya, hati ini kadang suka bandel nggak mau dengar aku. Toh, aku menerimanya dan bisa merasakannya. Merasakan hangatnya hadirmu di sekelilingku, walau kadang hanya sebatas melihatmu/memperhatikanmu dari kejauhan dengan diam-diam. Merasakan kuatnya instingku terhadapmu, saat kamu mendapat musibah. Aku ingat, hari itu aku jatuh dari pohon saat tiba-tiba saja aku teringat kamu dan "abakadabra" tangan kananmu di gips karena terjatuh juga. Terkadang aku tertawa sendiri mengingat semuanya. Kamu tahu, ingin rasanya aku ceritakan semua padamu, tapi itu tidak lah mungkin dan aku pun tak akan mampu membuka mulutku saat ada di depanmu. Kamu tahu, saat kita akan berpisah di kelas tiga SMP, di ruang ketrampilan aku mencari-cari kamu ditengah kerumunan anak-anak kelas tiga. Mataku terus mencarimu, berdesak-desakan dan berkeringat karena ventilasi udara ruang ketrampilan hanya berupa jendela-jendela yang dibuka seadanya sehingga tak ada udara yang bergerak bebas dikerumunan anak-anak kelas tiga itu. Dan tiba-tiba, kamu ada di depanku tersenyum -entah kepada siapa- dan keningmu berkerut saat mata kita beradu bandang. Sedang mataku terbelalak kaget melihatmu di depanku. Jarak kita tak sampai setengah meter dan seharusnya aku berkata -kakak, kamu kemana saja. aku mencarimu kemana-mana- tapi yang aku lakukan malah lari menjauhimu menerobos kerumunan anak laki-laki yang berkeringat dan bau. Nafasku mirip atlet lari maraton yang baru selesai ikut lomba. Belum habis rasanya rasa kagetku, kamu mengagetkanku dari balik jendela kelasmu. Aku tak sadar jika tadi saat aku berlari dengan sahabatku Ayu, kami berhenti tepat dibelakang kelas III B. Dan itu adalah kelasmu. Tanpa sadar aku bercerita pada Ayu gimana reaksiku saat kita bertemu tadi. Dan kamu mendengarnya dengan jelas dari tempat dudukmu. Oh Tuhan, temanmu yang bernama kak Titis menyahuti kata-kataku -masak sih, kok kamu malah lari ada orangnya?- aku langsung terlonjak dan melihat ke asal suara. Aku mendekatkan wajahku ke kaca jendela dan betapa kagetnya aku melihatmu duduk di sana dan ikut tersenyum mendengar tawa teman-temanmu yang menggoda aku. Aku lari lagi, tapi kali ini ga menerobos kerumunan anak-anak kelas tiga tapi anak-anak kelas dua yang menunggu pengumuman kelas mereka di kelas tiga. Sumpah, aku malu tapi anehnya aku senang dan tersenyum-senyum sendiri mengingatnya. Bahkan aku pernah menguntitmu. Tapi bukan berniat berbuat jahat padamu. Aku hanya iseng. Iseng karena aku kangen. Setelah kamu tamat dan sekolah di SMA Empat, kita jadi jarang ketemu. Dan kamu tahu, aku jadi senang ikut kelas agama di jam terakhir, karena jam pulangnya barengan dengan jam kamu sampai di terminal dengat sekolah SMP kita dulu. Kita jadi sering jalan bareng dari depan SMP kita hingga ke depan gang rumahmu di Wedapurana. Kita berjalan bersama walaupun jarak kamu jauh di depanku. Bahkan aku pun satu sekolah lagi denganmu saat SMA dulu. Tapi kamu nggak tahu kan? Terlalau banyak kenanganku tentang kamu dan kamu bahkan ga akan punya satu kenangan pun tentang aku dan ga akan ingat cerita-cerita itu. Aku ga marah kok karena aku sadar, hanya aku lah pemeran pembantu dan pemeran utama dalam kisahku ini. Kamu hanya sumber cerita saja. Teddy -semoga kamu ga baca semua cerita ini, karena aku ga bakal sanggup menghadapi kamu nanti- jika Allah hanya menjadikanmu sepenggal cerita 'tentang rasa' -aku ga berani bilang ini tentang cinta, karena ini memang bukan cinta- dalam kisah hidupku, maka kamu adalah cerita terindahku. Karena, kamu tahu hingga aku lulus kuliah aku masih selalu memikirkan dan mengharapkan kamu. Trimakasih untuk kenangan ini Teddy, trimakasih untuk semuanya. Sudah saatnya aku tinggalkan semua dan ini benar-benar berakhir. Will I can see you againt???

Tidak ada komentar:

Posting Komentar